'Bicara fakta, jangan bicara rumor'



Wawancara Luhut B. Panjaitan:

Ketika ditunjuk sebagai Menperindag, Luhut Binsar Panjaitan, menyadari banyak orang meragukan kemampuannya. Apalagi, dia seorang militer. "Jelek-jelek begini, saya ini lulusan George Washington University," kata penyandang gelar Master of Public Administratian ini kepada Tiarma Siboro dari TEMPO. Program pendidikan ini dijalaninya selama setahun pada tahun 1990-1991, bersamaan dengan pendidikannya di National Defence University, semacam Lemhannasnya Amerika, milik Pentagon. "Kalau orang bilang soal track record saya di militer, silakan cari. Saya kira so far saya tentara yang punya kualifikasi, " ujarnya tertawa. Berikut petikan wawancara dengan Luhut di kantornya, Jumat 28 April lalu.

Kabarnya Anda punya kedekatan dengan Gus Dur hingga terpilih menggantikan Jusuf Kalla?

Kedekatan saya dengan Gus Dur itu seperti apa? Ketika beliau berobat di Singapura, saya tidak pernah ada disitu. Mungkin Gus Dur melihat dan menilai apa yang saya lakukan di Singapura itu bagus.

Katanya Anda direkomendasikan oleh Lee Kuan Yew?

Saya ini baru bertemu Lee Kuan Yew dua kali, bagaimana bisa dia menilai saya hebat. Lagi pula, apakah Gus Dur bisa didikte orang? Kalau di luar ada skenario seperti itu, wah hebat sekali saya, sampai dinilai begitu oleh Lee Kuan Yew. Tapi saya kira itu tidak penting. Paling penting adalah kita melihat ke depan tentang apa yang ingin kita lakukan.

Kemampuan Anda diragukan karena berlatar belakang militer…

Saya sadar ini bukan area saya, karena itu saya tidak ragu untuk berkata, please educate me. Area saya memang militer, orang bilang saya tidak mengerti ekonomi. Tetapi para pembatu saya di sini (Deperindag) adalah pakar-pakar dan doktor ekonomi. Kalau saya salah, saya siap diajari. Fungsi saya disini sebagai pemimpin yang memenej agar kita bahu membahu mengatasi kesulitan ini.


Konon Anda mampu membawa sejumlah investasi dari Singapura ke Indonesia. Bisa dirinci apa saja itu?

Selama saya menjadi Duta Besar, saya memang menyusun beberapa hal. Saya tidak mengerti bahwa itu akhirnya match juga disini. Salah satu softloan yang diberikan oleh pemerintah Singapura, yang Sin $ 400 juta itu, diberikan Sin $ 55 juta untuk pengusaha Singapura yang mau joint venture di Indonesia dalam bentuk small dan medium entreprises.


Selama ini memang belum ada rencana pencairan. Beberapa waktu lalu saya mendorong EDB (Economic Development Board), dan saya tanya mana implementasinya?

Kalian jangan ngomong saja. Kemudian disepakati, nanti tanggal 30 Mei-1 Juni akan datang kira-kira 50-60 pengusaha yang akan mencoba mencairkan pinjaman yang Sin $ 400 juta tadi. Saya tidak tahu berapa yang bisa dicairkan nanti. Nah, disini saya menyiapkan partner-partner mereka. Jadi one to one, bukan seminar-seminaran. Kemudian memang ada kerja sama yang sudah saya rintis menyangkut shipyard. Selain itu, TDB (Trade Development Board) dan EDB itu tanggal 7-8 Juni akan datang ke Indonesia dalam rangka penjajakan masalah sayur atau agrobisnis. Nah, sekarang dealnya tergantung Kadin untuk mencari kecocokan, karena ini kan ibarat mengawinkan. Anda punya apa di Indonesia, kita punya apa di Singapura. Cocok enggak? Ketemu, deal, begitu.

Menurut Anda apa penyebab utama lesunya ekspor kita?

Saya baru akan mulai memanggil semua asosiasi-asosiasi yang ada, baik itu asosiasi tekstil, asosiasi CPO, asosiasi handicraft, dan sebagainya itu untuk menginventarisasi masalah yang dihadapi mereka menyangkut ekspor. Sementara ini kita sudah menemukan kesulitan mereka. Pertama, kalau dalam produksi, barang-barang kita itu bagus. Tetapi begitu keluar dari pabrik menuju ke pelabuhan, dari pelabuhan ke tujuan, disitu kita tidak kompetitif. Karena ada persoalan freight, kemudahan, peraturan. Inilah yang akan kita terabas. Gus Dur sudah setuju untuk membenah hal ini. Saya akan bicara dengan Pak Agum (Menhub Agum Gumelar) atau menteri dan dirjen lain yang terkait.


Lalu?

Sekarang kita jangan hanya ngomong doang, tetapi action. Selain itu, saya akan panggil big players dari berbagai sektor, seperti tekstil, CPO, rokok, atau apa lagi untuk menanyakan apa masalah yang mereka hadapi untuk ekspor. Katanya ada persoalan dari pembiayaan bank. Saya dengar Bank Mandiri setelah direkap sekarang malah over liquid sampai 12 trilyun. Kok bisa begitu? Kenapa uangnya yang banyak itu tidak disalurkan untuk membiayai ekspor di sektor riil? Bagi saya, yang seperti ini harus dipecahkan karena filosofi yang saya anut adalah end product is profit. Kalau sampai tak ada profit, pasti ada sesuatu yang salah. Disini juga birokrasi harus bekerja sama dengan pemain lapangan. Tidak bisa top down dari birokrasi saja, harus juga bottom up.

Tampaknya rencana Anda sudah matang, padahal baru sehari sebelumnya diberitahu bahwa Anda menggantikan Jusuf Kalla. Kapan dirintis semua ini?

Di Singapura itu ada atase perdagangan. Memang itu yang kami kerjakan, dan kebetulan saya jadi Menperindag.

Track record Anda sewaktu di militer disebut-sebut tidak begitu bagus, terutama sepak terjang Anda semasa masih berdinas aktif di Kopassus. Isu terakhir yang paling gencar dan menyudutkan Anda adalah pelecehan seksual terhadap aktivis wanita?

Apa sih isu yang tidak dibuat tentang saya? Ada yang bilang saya ini anti Islam. Ada juga yang bilang saya tidak profesional. Ada lagi yang bilang saya melakukan pelecehan. Saya ini sudah dibonsai. Kalau mau jujur, saya menjadi korban Soeharto selama tujuh tahun. Saya juga dibilang kroninya Benny (Benny Moerdani-red) supaya tersingkir. Saya tidak sakit hati. Orang tua seperti Pak Harto memangnya mau kita apain? Masa mau kita hukum. Kita bilang kita bangsa berbudaya, ya sudahlah biarkan Pak Harto fading away. Itu menurut saya, salah satu korbannya yang merasakan langsung.
Tapi kalau mau menegakkan hukum, ya silakan. Ada segudang surat kaleng dibuat orang dan dikirimkan kepada Gus Dur soal saya. Gus Dur tunjukkan (surat-surat) itu pada saya. Apa lagi? Tinggal isu saya mati saja barangkali yang belum dibuat orang. Tetapi saya tidak sakit hati, dan saya tidak mau bicara ke belakang. Kita melihat ke depan sajalah, apa yang mau kita buat. Saya mau kerja, karena itu biarkan saya bekerja. Tolong kalau berbicara itu fakta, jangan bicara soal rumor. Jangan berpolemik.

Anda dekat dengan Tommy Winata?

Saya kenal dengan dia sejak saya Kapten di Kopassus. So, what's wrong? Apakah kalau kita kenal, maka kalau dia salah terus kita ikut salah?