'Potensi Konflik Masih Tinggi'



Wawancara Mayjen Kiki Syahnakri:

Berikut adalah penjelasan Mayjen Kiki Syahnakrie tentang situasi terakhir diTimor-Timur kepada Tiarma Siboro dari D&R.

Di Jakarta sempat berkembang isu bahwa sempat terjadi beberapa kali konflik antara pasukan TNI dengan pasukan interfet. Bagaimana sebenarnya yangterjadi di Tim-Tim?

Tidak terjadi konflik itu, Kemarin dulu memang ada dua kejadian yang sebenarnya itu boleh dikatakan akibat kesalahpahaman. Kejadian pertama itu kurang lebih pada jam 10 WITA di tempat yang bernama Balide, yaitu di sebelah selatan Dili, dekat lereng. Pada saat itu dari lereng bukit tersebut turun gerombolan massa dari atas yang kira-kira kelihatannya mau mencari sesuatu. Lalu rupanya pada gerombolan massa itu juga ikut serta beberapa orang Timor bersenjata. Diperkirakan massa ini dari kelompok pro kemerdekaan karena mereka turun dari arah Dare. Lalu pada saat di dekat Detasemen Peralatan, mereka melihat TNI disitu yang memang sedang bekerja menaik-naikkan barang dalam rangka likuidasi Korem. Jadi TNI itu dari Korem. Nah kemudian begitu melihat TNI, gerombolan massa ini berhamburan naik keatas, mungkin mereka takut. Dari atas, diantara mereka yang memegang senjata itu menembak. Tidak jelas ke mana arahnya menembak itu, beberapa kali, bahkan ada tembakan rentetan. Ini didengar oleh (pasukan) di Pos Interfet yang kebetulan juga tidak terlalu jauh. Di sebelah Barat dari bukit itupun, di lereng bukti yang sama ke sebelah barat, itu ada tentara interfet juga dari Satuan Gurkha. Dari pantauan radio, Gurkha itu ditanya, itu tembakan dari mana. Jawabnya, tidak jelas (dari mana). Lalu ditanya lagi, apakah dari TNI. Jawaban pasukan Gurkha itu kepada atasannya adalah, Bukan dari TNI. Tidak. Saya bisa pastikan bukan dari TNI. Lalu pasukan Interfet lainnya yang orang Australia datang ke tempat kejadian. Karena mendengar tembakan, mereka menembak juga, sehingga agak ramai. Jadi tidak ada kles waktu itu. TNI juga kemudian melanjutkan kegiatan. Massanya pun balik ke atas dan tidak melanjutkan kegiatannya untuk turun ke bawah. Beberapa (barang) yang sudah di bawa itu yang kelihatan di televisi, yang lari-lari itu.

Bagaimana dengan kejadian yang kedua?

Lalu kejadian kedua adalah di Markas Kodim kurang lebih jam 11.30 WITA. Makodim ini sebenarnya sudah kosong karena Kodimnya sudah dilikuidasi. Kemudian karena Batalyon 521 itu akan ditarik/dikembalikan, maka untuk sementara ditampung di Makodim yang dekat dengan Pelabuhan. Pada saat itu sudah ada kurang lebih 60 orang anggota 521 di dalam Makodim sedang bersih-bersih karena Kodim itu akan dipakai. Tiba-tiba dari arah belakang itu masuk lima orang interfet dari tentara Australia dengan meloncat pagar, diikuti oleh tiga orang wartawan dengan tiga kamera besar. Kemudian ditegur oleh anggota kita, hei kamu mau apa ke sini. Mereka mengatakan bahwa mereka mencari milisi yang lari di situ.  Lalu dijawab oleh TNI, tidak ada milisi yang lari ke sini. Lalu setelah mereka lihat-lihat, lima menit kemudian mereka pun keluar. Jadi hanya itu saja kejadiannya, tapi atas kejadian tersebut saya juga menyampaikan protes kepada Mayjen Cosgrove, dan seperti diberitakan, Mayjen Cosgrove juga sudah meminta maaf dan itu juga akibat kesalahpahaman. Jadi, si tentara Australia ini mendapatkan informasi dari seseorang, ‘ndak tahu siapa, bahwa ada milisia yang lari dan sembunyi di Makodim itu. Analisa saya, mungkin, sengaja ada pihak-pihak tertentu yang ingin menabrakkan interfet dengan TNI, dan dia tahu bahwa di Makodim itu sudah ada TNI. Diharapkan mungkin, dengan masuknya interfet ke Mokodim itu akan terjadi baku tembak dengan TNI. Tetapi karena memang sudah ada saling pengertian sampai ke bawah, (baku tembak) itu tidak terjadi.

Benarkah pasukan Interfet dari Australia di Tim-Tim over acting dan bertindak tidak netral terhadap kelompok pro integrasi dan kelompok prokemerdekaan?

Yang nampak di televisi adalah sikap-sikap mereka, menurut ukuran kita, mungkin itu sikap yang berlebihan. Artinya memperlakukan masyarakat dengan cara-cara seperti itu. Kita juga tahu cara-cara seperti itu adalah cara-cara teknik dalam pertempuran. Jadi full combatten memang seperti itu, menggeladah orang, mengikat orang yang menjadi tawana perang. Jadi itu harusnya diterapkan dalam situasi pertempuran. Nah, kita tahu latar belakang tentara Australia ini bahwa mereka tentara yang memang diorganisir, dididik, dilatih, penuh profesionalisme militer. Jadi vieuw-nya itu adalah pertempuran. Mana kala dia masuk ke sini (Tim-Tim), itu juga yang dia terapkan. Sehingga kita melihatnya itu berlebihan. Barangkali, kalau saja mereka punya vieuw teritorial seperti yang kita punya,  itu tidak akan seperti itu. Tapi karena dia murni profesionalisme militer, maka yang dia punya itu yang dia terapkan. 

Tetapi apakah pasukan Interfet sendiri tidak menemukan kesulitan dan bias membedakan mana kelompok yang pro kemerdekaan dan mana kelompok yang pro integrasi?

Sekarang saya kira mereka masih kesulitan. Hanya saja karena di Dili ini sudah penuh dengan masyarakat yang pro kemerdekaan, yang turun dari pengungsiannya di gunung-gunung itu, sehingga mereka banyak mendapatkan informasi-informasi yang kadang-kadang menyesatkan dari kelompok pro kemerdekaan. Sehingga mereka melakukan tindakan-tindakan seperti tadi. Selain itu, memang yang menjadi sasaran mereka, juga sebenarnya sasaran kami, adalah orang-orang yang memegang senjata yang sebenarnya tidak berhak. Dan penangkapan-penangkapan serta perampasan-perampasan  -sejata rakitan kebanyakan, itu juga sudah kami lakukan sebelum mereka datang. Hanya cara yang kami tempuh tidak sama dengan cara-cara seperti yang mereka lakukan. Nah, di lingkungan yang memang sudah lebih banyak orang pro kemerdekaaanya, nampaknya Interfet ini memang berpihak, tetapi kalau pernyataan Jenderal Cosgrove kepada saya, dia akan menindak tanpa pandang  bulu, siapa saja, yang tidak berhak membawa senjata, termasuk senjata tajam.

Sempat juga tersiar kabar telah terjadi pembunuhan terhadap anggota kelompok milisi, salah satunya bahkan dibakar hidup-hidup. Bagaimana sebetulnya yangterjadi?

Itu tidak ada. Jadi tidak pernah terjadi seperti yang diinformasikan bahwa di Pelabuhan, Interfet menangkap tujuh orang, dan diantaranya dibakar hidup-hidup. Yang benar adalah, di Pelabuhan itu ada juga marinir kita, dan pelabuhan Dili kan tidak seluas Tanjung Priok. Kecil saja, jadi kalau ada manusia dibakar hidup-hidup, pasti marinir kita juga tahu. Jadi itu tidak ada. Tetapi bahwasannya interfet menangkap beberapa orang di Pelabuhan itu betul. Bukan hanya tujuh orang, mungkin sudah puluhan orang ditangkap karena kedapatan membawa senjata tajam dan lain sebagainya.

Sanksi apa yang diberikan kepada mereka yang kedapatan membawa senjata tajam itu?

Selama ini mereka tidak menangani itu. Jadi bagi yang tertangkap itu diserahkan kepada polisi kita. Disini kan masih ada polisi kita juga. Jadi sudah belasan orang saya kira. Ada yang ditangkap terus dilepaskan lagi, ada juga yang ditangkap terus diserahkan kepada polisi kita. Jadi sejauh ini tidak ditindaklanjuti oleh mereka. Nanti kalau sudah serah terima, mungkin mereka yang akan menindaklanjuti.

Apakah situasi terakhir di Tim-Tim sudah cukup kondusif, dalam artian bentrokan antar kelompok sudah reda, menjelang serah terima secara resmi antara aparat TNI dengan pasukan Interfet?

Potensi untuk terjadinya bentrokan dan konflik antara kedua kelompok ini masih sangat tinggi. Kalau tidak kita waspadai atau kita mengambil langkah yang salah, pasti terjadi lagi bentrok itu, mungkin secara besar-besaran.Namun pada saat kedatangan tentara Australia (Interfet) di Tim-Tim, pada saat itu kondisi sudah dapat dikatakan terkendali dalam kontrol saya. Artinya, dengan adanya rekantongisasi dari kedua belah pihak, maka secara langsung di Dili ini mereka sudah tidak berhadapan lagi. Kemudian pembakaran-pembakaran dan pembunuhan-pembunuhan juga sudah tidak ada pada saat Interfet datang. Jadi Dili dalam keadaan terkontrol oleh TNI, demikian juga di Baucau. Bahkan Baucau sudah lebih hidup dari Dili. Jadi pada saat Interfet mendarat di Dili itu sama sekali tidak mendapatkan masalah.

Jenderal Cosgrove sendiri mengakui bahwa pendaratan itu adalah pendaratan administrasi atau pemindahan pasukan itu adalah pemindahan administrasi. Dalam terminologi militer itu ada  pemindahan administrasi dan ada pemindahan taktis. Kalau pemindahan taktis berarti ada permasalahan, ada situasi atau ada musuh yang harus dihadapi. Nah ini tidak ada sama sekali, jadi dia (Cosgrove) mengakui bahwa pendaratan itu adalah pendaratan administrative atau pendaratan dalam  keadaan aman.

Setelah terjadi alih tanggung jawab keamanan, apakah Anda memprediksi bahwa keadaan aman yang telah diciptakan lewat darurat militer itu bias dipertahankan oleh pasukan interfet?

Itu tergantung dari pendekatan mereka. Saya juga sudah jelaskan kepada Cosgrove tentang hal ini. Kalau mereka datang dengan sikap yang arogan, kemudian dengan tindakan yang berlebihan, mungkin akan mendapatkan masalah. Tetapi kalau dia mengambil langkah yang bagus, pendekatan yang bagus tanpa menghilangkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan, itu barangkali akan bagus hasilnya.

Apakah pasukan Interfet ini bekerja sama dengan cukup baik dengan pasukanTNI di sana?

Cukup baik. Khususnya pada tingkat atas, antara Markas saya dengan Markas Cosgrove, itu sudah berlangsung dengan cukup baik. Hal sama juga terjadi sampai di tingkat bawah.

Sejauh apa perkembangan penyelidikan terhadap pembunuhan wartawan The
Financial Times Sander Thoenes?

Ada kelompok wartawan asing yang datang di Dili bersama-sama dengan interfet dari Darwin. Ada juga yang datang dari Jakarta dengan mencarter pesawat. Nah, saya dengar, Sandler termasuk yang datang dari Jakarta dengan carter pesawat. Kedua kelompok wartawan asing tersebut tidak pernah melapor kepada saya. Interfet sendiri menempatkan dia di Hotel Turismo dan tempat yang hanya beberapa meter ke sebelah Timur dari Hotel Turismo. Interfet sendiri tidak pernah mengamankan mereka karena Cosgrove mengatakan bahwa bukan tugasnya mengamankan mereka. Jadi memang sama sekali dilepas itu. Dan saya juga tidak mengamankan dia karena dia tidak pernah lapor dan meminta pengamanan. Lalu Sandler, kalau tidak salah pada tanggal 22, itu menyewa sepeda motor dan dengan pengemudinya, dia keliling-keliling kota Dili. Rupanya di suatu tempat dia disergap sekelompok orang. Pengemudi sepeda motornya dilepaskan langsung melaporkan pada malam itu. Kejadian itu baru dilaporkan pada saya keesokan harinya pada jam 09.00 WITA. Kemudian atas keterangan mereka, saya lacak, dan kurang lebih jam 09.30, mayatnya ditemukan di Becora. Saya datang sendiri ke sana. Saya datangkan dokter bernama Inuiza. Dokter mengatakan bahwa dia meninggal kurang lebih 12 jam yang lalu, artinya sekitar jam 21.30 WITA dia meninggal.

Siapa yang diduga melakukan pembunuhan itu?

Kami sama sekali gelap, tidak tahu (pelakunya). Hanya saja berdasarkan pengakuan pengendara sepeda motor ini, katanya wartawan itu dibunuh oleh orang yang berseragam TNI. Untuk itu, maka mulai tanggal 24 kami sudah membuat suatu kegiatan investigasi yang merupakan joint investigation antara TNI dengan Interfet. Namun sejauh ini belum mendapatkan hasil. Dari pemeriksaan medis ciri-ciri korban, antara lain didapatkan luka segi empat agak besar di dada sebelah kiri. Kalau dilihat, nampaknya luka itu bekas tusukan, mungkin linggis mungkin tombak. Di tempat lain ada juga beberapa luka kecil bekas bacok, dan ada juga luka yang menurut dokter interfet, itu katanya kemungkinan luka bekas peluru, tetapi bukan peluru dari senjata (pasukan) organik. Kemungkinan menurut mereka itu short gun, jadi kira-kira sama dengan senjata rakitannya mereka yang begitu ditembakkan maka beberapa proyektilnya keluar. Tapi belum jelas dan belum bisa dibuktikan itu. Lalu mayat sudah dibawa ke Darwin dan diotopsi di sana. Sampai sekarang belum ada hasilnya, jadi baik dari penelitian atas korban,  maupun investigasi yang dilakukan bersama-sama ini belum bisa membuktikan kira-kira siapa yangmelakukan hal itu. Tetapi diluar investigasi yang dilakukan di sini (Dili), Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Adam Damiri juga melakukan investigasi di Kupang terhadap beberapa anggota Batalyon 745 yang 3,5 jam sebelum pembunuhan itu terjadi, atau sekitar pukul 17.30 WITA melintas di tempat itu dari arah Los Palos. Walaupun alibinya cukup kuat, tetapi untuk meyakinkan, pangdam melakukan penyelidikan juga terhadap mereka di Kupang. Jadi itu langkah-langkah yang dilakukan secara terbuka.

Jenis peluru yang ada ditubuh Sandler itu apakah sudah diketahui kalibernya?

Itu masih menunggu hasil otopsi. Karena kalau dilihat dari luar, maksudnya secara fisik, kesimpulan doketr Australia, peluru itu berasal dari short gun,sedangkan TNI kita kan tidak memegang short gun ya. Yang kira-kira mirip itu adalah senjata rakitan yang biasa digunakan oleh orang Timor.

Becora adalah basis orang-orang yang pro kemerdekaan dan wilayah itu sempat kosong karena penduduknya mengungsi. Ketika pembunuhan terjadi, apakah masyarakat setempat sudah ada yang mulai kembali dari pengungsian?

Betul. Jadi pada saat kejadian, penduduk itu sudah kembali ke rumahnya dan tempat itu, tepatnya mungkin di Kuluhun, belum sampai Becora, itu basisnya yang pro kemerdekaan.

Setelah terjadi pembumihangusan di Dili dan beberapa tempat lain, apakah sudah diketahui berapa kerugian materil yang diderita dan korban jiwa yang jatuh?

Kami terus terang belum sempat melakukan penilaian sejauh itu. Untuk meredam situasi, untuk menurunkan tingkat kerawanan, untuk mengembalikan stabilitas keamanan, itu juga masih belum tuntas. Korban jiwa yang jatuh sejak tiga hari setelah jajak pendapat diumumkan, tepatnya mulai tanggal 4-6 September,ada 70 orang meninggal. Lalu sejak diberlakukannya keadaan darurat mulai tanggal 7-10 September ada empat kejadian pembunuhan. Setelah tanggal 10, pembunuhan sudah tidak ada lagi.

Gus Dur pernah mengatakan bahwa kejahatan yang terjadi di Tim-Tim akibat campur tangan mantan perwira yang sekarang sudah tidak aktif lagi di militer. Apakah ada prajurit TNI yang desersi di Tim-Tim hingga mau diperintah oleh perwira yang tidak aktif itu?

Tidak ada. Saya tidak melihat itu. Memang gampang dan bisa saja mengait-ngaitkan dengan itu, tetapi selama saya disini, mulai dari tanggal 9September sampai dengan saat ini, saya tidak melihat itu.

Setelah seremonial serah terima tanggung jawab dilakukan oleh TNI ke pihak interfet pada tanggal 27 ini, bagaimana kesiapan penarikan pasukan TNI di Tim-Tim?

Sebenarnya kami sudah siap. Jadi pelaksanaan serah terima itu sudah  berlangsung sejak tanggal 23 September lalu secara bottom up. Jadi, tempat-tempat yang tadinya kita jaga dan kita kuasai itu diserahkan kepada interfet. Terus begitu ke atas, sehingga akan berakhir pada hari Minggu sore dan Seninnya kami laksanakan serah terima.

* Majalah D&R, Agustus 1999.